Thursday, January 11, 2007

AIDS, Masih Pedulikah Kita?


Published : Diamma/08/Desember/2004


Disaat AIDS mulai merambah luas secara cepat, haruskah pepatah “Mati Satu Tumbuh Seribu” diibaratkan dengan banyaknya penderita AIDS yang terjangkiti?

Hampir setiap tahunnya tanggal 1 Desember kita peringati sebagai hari AIDS sedunia. Hampir setiap tahunnya juga kita mendapat informasi tentang bertambahnya jumlah penderita tersebut.
Acquires Immune Deficiency Syndrome (AIDS), masih ingatkah kita akan keberadaan empat huruf tersebut? AIDS merupakan suatu kumpulan gejala yang ditimbulkan oleh virus. Virus tersebut menyerang atau merusak kekebalan tubuh manusia.
Human Immune deficiency Virus (HIV) itulah nama virus tersebut. Seseorang yang telah terinfeksi virus HIV lambat laun pasti akan terkena AIDS. Jangka waktu peralihan dari HIV menjadi AIDS memang cukup lama, sekitar lima atau mungkin sepuluh tahun.
Mereka yang ingin mengetahui keberadaan virus tersebut dalam dirinya masing-masing dapat mengikuti tes darah Elisa-1, Elisa-2 hingga akhirnya tes Western Blot. Ketiga tes tersebut dapat dikatakan cukup penting dilakukan dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Sebab tidak menutup kemungkinan para penderita tidak mengetahui keberadaan virus dalam tubunnya dengan satu kali tes darah saja.
Tak jarang orang tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi HIV. Itu disebabkan karena pada saat melakukan tes, virus belum terdeteksi secara jelas, namun setelah jangka waktu berselang, virus tersebut baru dapat dinyatakan bahwa ia positif HIV. Jumlah penderita terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tercatat lebih dari lima hingga sepuluh juta manusia di dunia ini telah terinfeksi virus tersebut, dan kurang lebih 150.000 jiwa telah meninggal karenanya.
Indonesia sebagai negara besar dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, termasuk dalam kategori negara dengan jumlah penderita HIV/AIDS yang tinggi. Berdsarkan data dari Departemen Kesehatan RI hingga 31 Juni 2004, tercatat 4389 kasus HIV/AIDS di indonesia, dengan Jakarta sebagai kota tertinggi atas jumlah penderitanya setelah Papua.
Banyak cra yang mungkin terjadi pada penularan virus HIV ini, walaupun pad dasarnya HIVtidak menular bagitu saja seperti halnya virus influenza atau virus lainnya. Virus HIV berada dalam darah, sperma, dan cairan vagina.
Faktor yang menyebabkan indonesia termasuk dalam kategori negara dengan jumlah penderita HIV/AIDS yang tinggi adalah adanya jumlah penduduk yang banyak, yang didukung oleh hubungan sex bebas (free sex) dengan berganti-ganti pasangan, ditambah lagi oleh hubungan sex sejenis (homo dan lesbian-red), para pekerja sex komersil (PSK) oleh wanita tuna susila (WTS) dan waria, juga penggunaan jarum suntik saat menggunakan narkoba secara bergantian.
Darah atau cairan sperma dan vagina orang yang terinfeksi virus HIV dapat masuk ke tubuh orang lain melalui aktivitas sex ataupun penggunaan jarum suntik secara bergantian. Bahkan transfusi darah yang sudah tercemar dengan virus HIVpun merupakan salah satu cara virus ini bermigrasi. Ditambah lagi penularan virus HIV dari ibu hamil ke janin yang dikandung.
“Hampir sebagian besar penderita HIV/AIDS merupakan usia produktif, mulai dari usia belasan hingga dua puluh tahunan,” ujar Chandra seoerang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang ditemui di Yayasan Kusuma Buana (YKB), Tebet. Pada dasarnya setiap orang dapat saja terkena HIV?AIDS, namun hal tersebut kembali lagi pada diri pribadi masing-masing individu dalam melakukan self-control. Orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan merupakan salah satu contoh kelompok yang riskan akan penularan penyakit ini.
Lalu, apa yang dapat dilakukan untuk menolong dan membantu mereka yang sudah terinfeksi? Dan bagaimana caranya? Banyak cara yang dapat dilakukan. Mulai dari hal kecil saja, yaitu dengan tidak menjauhkan atau mengucilkan mereka. Dengan mengetahui bahwa seseorang positif HIV/AIDS, sebenarnya itu sudah merupakan sebuah beban yang sangat berat bagi mereka yang sudah positif terjangkit. Oleh karena itu jangan tambahkan lagi beban yang harus mereka pikul. Yang mereka perlukan hanyalah dukungan moral agar mereka dapt menjalani liku-liku kehidupan dengan tabah dan sabar.
HIV/AIDS tidak menular melalui sebuah pembicaraan yang terjalin, bahkan dengan bersenggolan, bersentuhan ataupun berjabat tangan dan berciuman dengan mereka sekalipun, kecuali terdapat bagain tubuh mereka yang terluka. Namun Hiv/AIDS tidak menular melalui gigitan seekor nyamuk. Karena, terkadang hal-hal tersebut membuat kita enggan melakukan kontak sosial dengan mereka yang secara tidak langsung kita telah menyisihkan mereka.

Keberadaan Buah Merah Sakti sebagai Tiitik Cerah
Buah merah sakati pertama kali ditemukan oleh I Made Budi di Irian Jaya, seoerang dokter dari Bali. Hal ini mungkin dapat dikatakan sebagai suatu titik cerah bagi penderita AIDS. Karena ada beberapa orang yang sudah kehilangan berat badannya akibat AIDS, berat badannya dapat kembali normal setelah rutin memakan buah merah tersebut.
Hingga saat ini WHO masih terus meneliti mengenai kebenarnan khasiat buah ini yang dapat menjadi titik cerah bagi kesembuhan penderit AIDS.

Kondom, Pentingkah?
Saat ini kita mungkin tidak mengetahui seberapa pentingnya alat kontrasepsi atau mungkin akrab kita dengar dengan sebutan kondom. Kondom saat ini percaya dpat menurangi penularan HIV/AIDS. “Saat ini kondom yang berada di pasaran sudah di uji coba, sehingga dipastikan kondom tersebut tidak berpori,” ujar Chandra. Di Indonesia sendiri Yayasan AIDS Indonesia (YAI) sudah bekerja sama dengan produsen alat kontrasepsi nasional (Sutra), dan dapat dikatakan Sutra sudah lulus uji coba.
Pentingnya penggunaan kondom sudah diterapkan dibeberapa negara melalui pendidikan sex dari sejak dini. Sebut saja Australia, negeri kangguru ini telah memberikan penerapan pendidikan sex sejak dini. Mereka yang hendak melakukan hubungan sex di luar nikah sudah mempersiapkan diri dengan membawa kondom.
Begitu pula halnya dengan para pekerja sex komersial (PSK-red), sebelum mereka ‘melayani’ para tamunya mereka terlebih dahulu memeriksa kealmin dari si tamu, apakah ‘bersih’ atau tidak. Dan mereka hanya akan ‘melayani’ para tamunya hanya jika menggunakan kondom.
Dapat terlihat jelas bahwa pemahaman mereka mengenai pentingnya kondom sebagai alat pencegah penularan HIV/AIDS sudah cukup tinggi. Namun dengan menggunakan kondom bukan berarti dianjurkan untuk melakukan hubungan sex-pra-nikah dan berganti-ganti pasangan.

Menjadi seorang aktivis AIDS
Mungkin sering timbuk pertanyaan-pertanyaan bagaiman menjadi seorang aktivis AIDS, dimana harus mendaftar, atau apa saja syaratnya? Sebenarnya banyak sekali yayasan-yayasan yang bergerak di bidang AIDS. Di Jakarta terdapat Yayasan Kusuma Bangsa (YKB). “Aku tahu kegiatan kayak ini juga dari adik kelas aku di kampus. Dia yang udah terjun duluan. Pertamanya aku juga coba-coba aja tapi ternyata bermanfaat juga.” Terang Indah, mahasiswa lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. “Sebenarnya hal kayak gini bisa dimulai dengan membuat komunitas sendiri di dalam kampus sama orang-orang yang tertarik untuk di bidang ini,” lanjutnya.
Kegiatan yang akan dilakukan bila menjadi seorang aktivis AIDS sangatlah beragam, mulai dari memberi penyuluhan ke tempat-tempat huburan, mengadakan seminar, atau juga sebagai sarana konseling bagi para penderita AIDS. Namun tidak hanya itu saja, karena masih banyak lagi yang dapat dilakukan. “Kalau untuk YKB sendiri, bagi siapa saja yang mau bergabung dipersilahkan, syaratnya hanya dengan mengajukan proposal saja. Mau bergabung atau magang untuk jangka waktu berapa lam,” jelas Chandra menambahkan.
Memang selama ini baru kegiatan semacam itu saja yang dapat dilakukan, walaupn dengan adanya kegiatan tersebut tidaklah menjamin jumlah penderita HIV/AIDS akan menurun, tapi yang diharapkan dari kegiatan-kegiatan semacam itu sebenarnya adalah agar mereka peduli dan menyadari betapa berbahayanya penyakit ini. Sedangn untuk menurunkan jumlah penderita , itu tergantung dari pribadi masing-masing individu.
Untuk memperingati hari AIDS Desember ini, YKB telah membentuk Forum Komunikasi Industri Hiburan Peduli AIDS (FORKIPHA), khususnya industri hiburan yang berada di kawasan daerah Jakarta Barat dimana hampir merupakan riset utama untuk YKB sendiri. Kegiatan ini didukung oleh pemerintah setempat dan beberapa yayasan AIDS lainnya serta disponsori oleh perusahaan yang memproduksi alat kontrasepsi.
-Windri-

No comments: