skip to main |
skip to sidebar
Hitam. Putih. Abu-abu.
Entah dimana diri ini berada saat ini.
Dalam sebuah pilihan antara.
Hitam. Putih. Abu-abu.
Tersesatkah aku?
Tampaknya demikian.
Tubuh ini telah kehilangan jiwa.
Mata ini kehilangan pandangan.
Begitupun dengan hati ini, tak bisa lagi merasa.
Apakah aku ada?
Apakah aku nyata?
Apakah aku maya?
Siapa aku?
Tahukah kau siapa diri ini?
Dalam cermin tak terlihat bayang diri ku
Hanya kosong dan diri tak berjiwa
Sudah matikah aku?
tampaknya demikian
tubuh ini mati
Jiwa ini hilang
aku mati
mati rasa
aku kalah
aku menyerah
aku mati rasa
L.W
Suatu hari di pertengahan bulan Agustus
Tak ada detik yang memperdengarkan detaknya. Semua terasa dingin dan kaku, ruang itu begitu lembab, semua terlihat samar-samar melalui berkas-berkas cahaya yang terpantul sayu dari riak-riak air yang menggenang… Gaungpun bisa selalu dengan setia menemani percakapan antara dua individu disana…
Ruang itu begitu kelabu, oleh karenanya disebut sebagai ruang abu-abu.
Gadis :“Katakan… katakan…dimana aku…?!?”
Pria : “Kau disini… bersama aku, Gadis…” (sambil menggenggam lengan gadis)
Gadis : (berusaha melepaskan diri dari cengkraman Pria) “Tidak… bukan itu… katakan dimana aku saat ini…?!? Katakan Pria… katakan dimana aku sekarang…?!?”
Pria : “harus berapa kali kukatakan padamu, Gadis. Kau disini bersamaku…”
Gadis : “Tidak Pria, kau tidak tahu dimana aku berada saat ini. Kau tidak tahu…”
Pria : “Sungguh Gadis… aku tak tahu dimana lagi harus menempatkan dirimu… disinilah tempat yang paling aman.”
Gadis : “AMAN…!!! Apa maksudmu dengan ‘aman’ Pria… ??? Tolong jelaskan padaku tentang rasa ‘aman’mu itu...”
Pria : “Ah sudahlah Gadis… tak usah kau ungkit lagi… aku lelah…”
Gadis : “LELAH???.,... Ooohh jadi setelah selama ini… kau merasa dirimu lelah...??? Kau salah Pria… aku yang seharusnya lelah dengan semua ini…!!!”
Pria : “Gadis… Gadis… dengarkan aku untuk sekali ini saja… tetaplah disini… sungguh… sungguh aku tak tahu dimana lagi harus menempatkan dirimu… semuanya abu-abu… semuanya samar Gadis… tolonglah kamu mengerti sedikit tentang semua ini…”
Gadis : “Ohh… Pria… sungguh egois sekali kamu sebagai seorang makhluk yang berkelamin pria. Picik sekali… kini kau minta aku tinggal dalam ruang abu-abu-mu… dan menunggu semua...??? menunggu…apa yang harus kutunggu lagi, menunggu… hingga kau memutuskan apakah itu hitam atau putih…”
Pria : “Maafkan aku Gadis… tapi hanya itu yang bisa kulakukan saat ini… tunggulah disini… tinggallah disini…”
Gadis : “tidak Pria… Tidak lagi… tidak untuk saat ini… putuskan sekarang dimana aku harus berada…”
Pria : “Bagaimana caranya Gadis… bagaimana caranya aku memutuskan… hati dan logika saja sudah saling berjalan berjauhan… lalu bagaimana bisa aku membuat keputusan?!?"
Gadis : “Aku juga tidak tahu bagaimana caranya Pria… hatimu, logikamu, pemikiranmu, adalah milikmu… hanya kau yang tau siapa dirimu… Sudahlah Pria…. Aku benar-benar lelah… ijinkan aku pergi dari ruang abu-abu ini…"
Pria : “Gadis dengarkan… dengarkan aku dulu Gadis… Lihat… Kau ada di sini, di ruang hati ini… tapi maaf, saat ini aku hanya bisa menempatkan kau di ruang abu-abu ini…”
Pria : “Gadis… tak bisakah kau lihat aku saat ini… lihatlah aku disini Gadis…,
Sungguh aku telah hilang dalam langit malam ini… semua terlihat abu-abu dalam pandangan ini… aku tak tahu dimana harus kupijakan kaki ini… dimana harus kutempatkan hati ini… yang kutahu hanya masa lalu itu… masa lalu itu masih ada di sini… dan aku tidak dapat memisahkan kau dari masa lalu itu dengan masa lalu lainnya… aku ingin kau menungguku disini… Gadisku… aku tahu kau lelah, begitu juga denganku… maafkan aku Gadis… aku sungguh tak tahu apakah aku mampu membawamu jadi bagian dari mimpiku akan masa depan… tunggulah aku disini Gadis….”
Gadis : “Hhhhh… sungguh… sungguh sangat egois sekali kamu, Pria… lagi-lagi kau minta aku menuggu untuk suatu kepastian yang kau sendiri tidak dapat pastikan…. lihat dirimu, Pria… LIHAT…!!! Dan tanyakan kedalam ruang hatimu yang terdalam… adakah aku yang selalu kau lihat pertama kali…"
Gadis : “Pasti bukan aku, bukan… kau sudah mengetahui hal itu, tapi mengapa kau masih mau menahanku disini…Pria… aku lelah menunggumu… aku lelah dengan ruang abu-abu ini… aku bosan berada diantara masa lalu dan masa depanmu…"
Pria : “Maaf Gadis… maafkan aku… maafkan aku… kumohon tunggulah aku… tinggallah bersama aku saat ini… bantu aku Gadis… kumohon padamu Gadis…"
Gadis : “Tidak Pria… tidak saat ini… maaf… maaf… tapi tidak kali ini… aku harus meninggalkanmu… maaf Pria, aku pergi…”
L.W.
Menjelang Pemilu 2009 lalu, UNDP membuat kampanye yang ditujukan untuk para voter wanita, khususnya remaja putri dan ibu-ibu rumah tangga.
Dan akhirnya setelah melalui proses "badai otak" bersama teman-teman satu tim, dan beberapa alternativ ide yang diajukan... Puji Tuhan, akhirnya tim kami keluar sebagai pemenang yang dipercayakan untuk mengerjakan materi kampanye tersebut, yakni dengan membuat iklan cetak dan radio sebagai media komunikasinya.
Berikut hasil kerja kami.
Print Ad:
Title: Anak Bangsa
title : Pilihanmu
sedang untuk iklan radionya, kami membuat empat versi, 2 versi untuk remaja putri, sedang 2 versi lagi untuk ibu-ibu rumah tangga. (untuk menyimak dan mendengarkan)
Brains team:
HD : Renville Rizanul
CD : Gembong Pamungkas
AD : Dhanito
CW : Lidwina Windri
Dialah gadis pelangi
Di wajahnya tersirat beribu macam warna…
Gadis pelangi dengan warna warninya
Berjalan menghiasi dan mewarnai bumi
Dia menari dan tersenyum
Tubuhnya begitu ringan, hingga anginpun dapat mudah membawanya terbang
Gadis pelangi berjalan menelusuri hari
Menatap mimpi dengan kasih
Menunggu hujan berhenti
Untuk kemudian dia menari
Menari diatas air… tak perduli awan hitam memayungi
Gadis pelangi hadir tak perdulikan hari
Hanya satu yang ia sadari
Bahwa akan ada selalu warna menghiasi diri
Untuknya ataupun untuk alam sendiri
Bagai sebuah lukisan yang penuh dengan warna…
Gadis pelangi melihat warna warni dunia
Melihat setiap warna dalam makna cinta
Meski cinta terkadang menghantarkan luka
L.W.
hai kata...
bolehkah aku berkata..
bukan sepatah atau dua kata...
tapi aku ingin berkata tentang cinta...
aku bukanlah seorang pecinta
juga bukanlah seorang pencerita
hanya saja ketika hati ingin berkata
maka hanya selalu ada satu kata
dan itu, cinta...
jujur aku sendiri tak mengerti artinya, kata
tapi mengapa, setiap kupejamkan mata
setiap kali mulut ini ingin berkata..
tiap detik itu juga, yang kudengar dalam detak
hingga malam menenggelamkan senja
maka hanya ada 'cinta' dan lagi-lagi cinta
Kata, marahlah padaku
katakan padaku bagaimana cara melupakannya
bagaimana cara membuang satu kata itu
katakan padaku apa yang harus kulakukan padanya
membuangnya? melepaskannya?
ide yang bagus, kata...
tapi bagaimana caranya??
hati ini dan cinta sudah begitu erat terikat
bantu aku menemukan cara lain...
Ohhh kata... aku lelah berkata karenanya
telah terlalu jenuh aku dibuatnya
tapi lagi-lagi hati tak bisa menampik keberadaannya
Kata, sudah gilakah aku karenanya?
Gilakah aku karena cinta?
kata... katakan padaku siapa itu cinta!
katakan padaku, kata...!!!
Tapi sudahlah, biarkan saja, kata...
cukup puas hari ini aku bisa berkata...
meski dalam tulis... hanya kamu, kata, yang bisa mengerti hati ini...
kata...
sampaikan saja padaNya...
bahwa aku mungkin sedang mencinta...
katakan... aku cinta akan dirinya...
dan terima kasih untuk cintanya...
L.W.
Disini ada luka yang terluka
Luka teramat dalam dan masih membekas.
Disini ada diam yang terdiam
Diam dalam separuh jiwa yang hilang
Disana dia berada, disisimu
Separuh jiwa masih berada di dekatmu
Taukah kau separuh jiwa itu disisimu?
Separuh jiwa yang masih setia menanti
Menanti untuk kau tersenyum kembali
Disini separuh jiwa menanti
Menantinya untuk kembali
Utuh dan sepenuhnya untuk lepaskanmu
Dalam diam dan sunyi kuhadirkan jiwa ini
Dalam tawa semu kukuatkan diri ini
Bukan karena tak berani melangkah
Atau bukan karena tak mau menjauh
Tapi lihatlah…
Inilah separuh jiwaku…
Kuhadirkan untukmu
Hadir dan memastikan kau kan kembali bersinar
Tak ada kata ataupun harapan berlebih
Separuh jiwa ini tulus disisimu
Ingin melihat terang dan senyum di wajahmu
Dan jika saat itu tiba…
Separuh jiwa kan kembali satu dalam jiwaku
Menemani ku dalam perjalanan selanjutnya…
Ya… inilah separuh jiwaku menanti senyummu…
Jogjaku...
Dua kali ku berlari dari cinta
Dua kali kembali ku mencinta
Dalam tenangmu kutenggelamkan diri
Dalam damaimu kurasakan sendiri
Kudengar sunyi dan gemamu
Ada tawa di lukisan jiwamu
Goreskan warna dalam cerita
Jogjaku… tempatku berlari
Tempatku bersembunyi dalam sepi
Kau selalu menarikku kembali
Dari tepi masa lalu kau buang diri ini
Dari mimpi kau inginkan ku pergi
Jogjaku…
Dimanakah hatimu menyembunyikan cintamu
Diantara ruang dan liku jalanmu
Ku temukan dirimu dan dirinya
Dirinya yang milikmu
Namun hati ini mengingininya
Jogjaku…
Maukah kau berbagi cintamu untukku
Seorang anak dalam pencarian
Memohon akan cintamu
Jogjaku...
Adakah nanti pertemuan ketiga ku dan dirimu
Adakah kelak tempat untukku disana
Bersamamu... bersama Jogjaku...
Terjebak dalam ruang dan waktu yang mengikat
Tak jua juga ingin lepaskan diri
Karena rasa begitu memikat
Berlari menjadi sulit
Langkahpun hal yang mustahil
Begitu pekat malam menemani
Begitu lekat bayangan menghantui
Sesak sudah nafas ini
Tersengau dalam hidup
Dan memaksa untuk mati
Kini hanya tinggal abu-abu
Tak adalagi hitam atau putih
Cahaya bercampur gelap
Sunyi berbaur ramai
Kemutlakan tak terjawab
Menjadi tanya haus jawaban
Haruskah merintih
Haruskah mengiba
Haruskah mati dahulu
Agar tak ada lagi jiwa yg penasaran
Hingga akhinya kesemuaan bersahabat nyata
Orang bilang kau hayalan
Orang-orang bilang kau takkan jadi nyata
Mereka boleh bilang aku pengecut
Mereka bisa bilang aku pecundang
Mereka selalu bilang aku pemimpi
Tapi hari ini ingin ku-kan bilang pada mereka semua
Dan padamu juga…
“Aku rindu dirimu…
Jiwa ini terus memanggil namamu”
Meski terlambat sudah kukatakan ini padamu
Karena kini kutahu kau bukan untukku
We’ve got to know what we do right now
Sitting right here with our view sight
So quietly without a word to say
And I saw you deeply into your sight
See her smile to him
Act like she’s the perfect one to him
Him… that holding my hand now
She… the one that you want
Who always sent you her smile
So here we us in perfect symmetry
At the cross we find some chemistry
Try hard to covered all in mystery
And put us on this misery
I saw u see her perfectly
Without knowing I’m your side
Looking back at you
I saw you from here
Try to remember how you laugh
And every inside of you
U’r the one I look today and yesterday
The man who love to see her in front of me
Without knowing my eyes on you
Yeah.. here we are in perfect symmetry
At the cross we find some chemistry
Try hard to covered all in mystery
And put us on this miseryinspired from my friend story...
That was not a good day to me
But U came and sat beside me
It was not a good time for me
But U were there accompanied me
Remembering that time, today
The day u brighten my day
It felt so warm
I feel so save
I see your laugh
And you make me laugh
The laugh that I ever had
The laugh that turn me back
Back in love
Yes… I still remember that day
I still remember your laugh
A laugh that make me being the happiest person
A laugh that coloring my day (by day)
A laugh that made me in love with you
A laugh that I ever seen again
Menatap tajam pada bayangan dalam cermin
Pantulan sempurna terlihat jelas di dalamnya
Ditemani dengan cahaya lampu temaram
Ia duduk terdiam
Gerak halusnya menjadikan sebuah lukisan
Lukisan indah pada wajah eloknya
Dia usapkan satu persatu warna warni riasan
Warna warni indah, menyenangkan dan menggoda
Kostum berwarna kuning keemasan ia pilih untuk malam ini
Bersama sayap kecil dibelakangnya dan tongkat kecil pasangannya
Rambut hitam telah tergelung setengah
Dan setengahnya ia biarkan berjuntai sempurna
Ditemani hiasan bintang-bintang yang bersembunyi dibeberapa bagian helai rambutnya.
Ia siap beranjak lepaskan dirinya untuk terbang
Dan kini, untuk kesekian kalinya, ia kembali menatap tajam bayangan di cermin itu
Bayangan cantik dan senyum semu terlihat disana
Kembali ia bertanya,”Siapakah aku?”
Matanya terpejam untuk kemudian terbuka dan meninggalkan sedikit cahaya di sana
Ketukan pintu kencang membangunkan ia sesaat
Telah tiba waktunya untuk menjadi sesosok peri
Peri penghibur lara bagi para penikmat wajah cantik
Juga senyum manis dan tubuh moleknya
Di atas panggung ia beraksi,
Menari sempurna dalam balutan kostum peri
Sambil sesekali ia gerakan tongkatnya pada lawannya dengan centil
dan tertawalah mereka dalam kegembiraan.
Dia biarkan mereka tertawa
Dia biarkan mereka terharu
Dia biarkan mereka berdiri, bertepuk tangan
Lalu melemparkan bunga ke atas panggung untuknya
Dalam perih ia terbang
Merintih sakit dan tak ada yang perduli
Sang peri kini dalam perih
Berjalan tertatih untuk mencari sebuah arti
Arti dari kehidupan yang ia jalani
Arti dari seorang diri
Arti dari mencintai
Dan dicintai
Tirai panggung telah turun
Cahaya lampu juga telah dimatikan
Tinggal ia sendiri dalam kesunyian
Melangkah dalam ruang jiwa yang kosong
Tonight was so different
I can feel the wind kiss me gentle
See the moon smiling to the star
And let the rain whispered softly in my ear
It’s been a long time that we don’t talk each other
Just like a couple of years that I haven’t see u
Well I just want to U know…
U were so look different tonight
Not from your look tonight
Not from the clothes that u ware
Not from the gadget that u use it
Not from the way you sing and guitar that u played
Yes… I saw u were change
Yes… I feel u already back
Yes… I saw u were happy tonight
Yes… I know that u much much much better
Just try to saw u from the different side
And Thanks GOD u already release from that tight
Now I see U free from that pain
And become cheerful guy... tonight
Thanks to U for all scenes
Thanks for all smile that u shown
Yes…
Your smile… and your laugh… tonight…
The way u enjoy that night… tonight…
Yes… U makes me smile
Yes… Tonight, I smile for U
Tak pernah ku harap lebih ketika ku memberimu hadiah
Yang ku ingin hanya melihat senyummu saat itu
Tangan mungilmu yang menerima dengan halus
Bibir kecilmu yang kemudian tersenyum
Juga binar matamu saat itu…
Sungguhlah menghadirkan warna ceria untukku
Bahagia rasanya melihatmu tersenyum
Namun tahukah kamu…
Kaulah yang ternyata memberiku hadiah
Ketika bibir kecilmu mengucapkan sebuah kalimat
Itu adalah kalimat terindah yang pernah kudengar
Sederhana, jujur, dan terdengar sangat tulus
Tahukah kamu...
Doa yang kaulafalkan untukku
Sebuah doa terindah yang pernah kudengar dari seorang malaikat kecil
Masih kuingat hingga saat ini kata-kata yang kau ucapkan pagi itu
Terima kasih malaikat kecilku...
Doamu benar-benar menghadirkan senyuman di wajahku
Terima kasih malaikat kecilku...
Kau membuat perjalanan hidupku terasa ringan.
Dedicate to: Louisa, gadis kecil yang suka bermain di ruang kerjaku, "terima kasih untuk doanya ya..." :D
Februari 14’2009
Hari ini… adalah suatu hari yang membawaku dalam sepenggal cerita baru dalam hidupku. Mungkin bagi beberapa orang cerita yang hendak kusampaikan ini adalah cerita biasa, tapi untukku… ini adalah suatu pengalaman yang membawaku dalam sebuah bentuk perasaan yang bercampur aduk, antara bingung, senang, gugup, ragu namun akhirnya membawaku dalam suatu senyuman. Pagi itu sengaja kupasang jamku untuk berbunyi membangunkanku, ada rasa ragu sebelum akhirnya kuputuskan untuk beranjak dari tempat tidurku dan bergegas menyiapkan diri pada suatu pertemuan dengan sekumpulan orang asing.
Jam 8 lewat, ku lajukan si vespa kecilku, Alfie menuju daerah Patiunus. Pagi yang cerah, udara yang menyegarkan menemani perjalananku pagi itu. Dari jauh telah terlihat deretan motor yang ber-(maaf) pantat semok itu, mulai dari yang tua hingga yang terbaru, semua berjejer rapi.
Dari seberang telah kulihat segerombolan pria dengan rompi tebal yang melindungi badan mereka. Beberapa ada yang telah kukenal sebelumnya, dan lainnya baru ku ketahui saat itu. Aku wanita sendiri di tengah gerombolan itu. Inilah wajah-wajah baru dalam hidupku, bila kuperhatikan sekilas mungkin umur mereka mungkin sekitar 25 hingga 40-an, beberapa kenalanku ada yang sudah menikah dan punya anak, dan lain-lainnya uhmmm… aku kurang mengetahuinya. Pagi itu kami, sekumpulan orang-orang yang menjadi pemilik dari satu atau beberapa vespa, berkumpul di Patiunus untuk sarapan bersama. Mulai dari serabi, lontong sayur, bakso, tapi pilihanku tetap pada semangkok bubur ayam yang lezat dengan ayam kampungnya yang tumpah ruah... Muanntapp..
Inilah sarapan keduaku bersama mereka, tapi ini adalah pertama kalinya aku berjalan-jalan dengan Alfie dan kawan-kawan hingga Monas. Ya aku dan Alfie bersama teman-teman baruku itu, berjalan menelusuri sepanjang jalan Sudirman, Thamrin, dan kemudian memutar balik di depan Museum Nasional hingga akhirnya kembali ke daerah selatan, Taman Barito jadi pemberhentian kami sejenak.
Jujur, ada perasaan takut, deg-degan, senang, dan entahlah suatu perasaan yang tidak dapat kuungkapkan. Inilah pertama kalinya aku touring, ya walau kecil-kecilan dan selalu tertinggal, tapi perasaan ini wahh… senangnya… menikmati perjalanan bersama Alfie.
Tidak puas sampai Taman Barito, kamipun melanjutkan perjalanan menuju Parkir Timur Senayan. Matahari tampaknya merestui perjalanan kami pagi itu, dia banjiri hari ini dengan sinarnya hingga kering dibuatnya tenggorokan ini. Sesampainya di halaman belakang komplek kolam renang Senayan, kamipun istirahat sejenak, berbincang-bincang, mungkin ada sekitar satu jam kami disana sebelum akhirnya memutuskan untuk berpisah.
Sungguh perjalanan pagi yang singkat namun penuh warna. Entah harus mengucapkan apa tentang hari ini… “Terima kasih kawan-kawan dari vesbook, vesberry, atau campursari… terima kasih untuk perjalanan singkat di pagi hari ini, semoga kita bisa berjalan bersama-sama lagi… :D “