Suatu hari di pertengahan bulan Agustus
Tak ada detik yang memperdengarkan detaknya. Semua terasa dingin dan kaku, ruang itu begitu lembab, semua terlihat samar-samar melalui berkas-berkas cahaya yang terpantul sayu dari riak-riak air yang menggenang… Gaungpun bisa selalu dengan setia menemani percakapan antara dua individu disana…
Ruang itu begitu kelabu, oleh karenanya disebut sebagai ruang abu-abu.
Gadis :“Katakan… katakan…dimana aku…?!?”
Pria : “Kau disini… bersama aku, Gadis…” (sambil menggenggam lengan gadis)
Gadis : (berusaha melepaskan diri dari cengkraman Pria) “Tidak… bukan itu… katakan dimana aku saat ini…?!? Katakan Pria… katakan dimana aku sekarang…?!?”
Pria : “harus berapa kali kukatakan padamu, Gadis. Kau disini bersamaku…”
Gadis : “Tidak Pria, kau tidak tahu dimana aku berada saat ini. Kau tidak tahu…”
Pria : “Sungguh Gadis… aku tak tahu dimana lagi harus menempatkan dirimu… disinilah tempat yang paling aman.”
Gadis : “AMAN…!!! Apa maksudmu dengan ‘aman’ Pria… ??? Tolong jelaskan padaku tentang rasa ‘aman’mu itu...”
Pria : “Ah sudahlah Gadis… tak usah kau ungkit lagi… aku lelah…”
Gadis : “LELAH???.,... Ooohh jadi setelah selama ini… kau merasa dirimu lelah...??? Kau salah Pria… aku yang seharusnya lelah dengan semua ini…!!!”
Pria : “Gadis… Gadis… dengarkan aku untuk sekali ini saja… tetaplah disini… sungguh… sungguh aku tak tahu dimana lagi harus menempatkan dirimu… semuanya abu-abu… semuanya samar Gadis… tolonglah kamu mengerti sedikit tentang semua ini…”
Gadis : “Ohh… Pria… sungguh egois sekali kamu sebagai seorang makhluk yang berkelamin pria. Picik sekali… kini kau minta aku tinggal dalam ruang abu-abu-mu… dan menunggu semua...??? menunggu…apa yang harus kutunggu lagi, menunggu… hingga kau memutuskan apakah itu hitam atau putih…”
Pria : “Maafkan aku Gadis… tapi hanya itu yang bisa kulakukan saat ini… tunggulah disini… tinggallah disini…”
Gadis : “tidak Pria… Tidak lagi… tidak untuk saat ini… putuskan sekarang dimana aku harus berada…”
Pria : “Bagaimana caranya Gadis… bagaimana caranya aku memutuskan… hati dan logika saja sudah saling berjalan berjauhan… lalu bagaimana bisa aku membuat keputusan?!?"
Gadis : “Aku juga tidak tahu bagaimana caranya Pria… hatimu, logikamu, pemikiranmu, adalah milikmu… hanya kau yang tau siapa dirimu… Sudahlah Pria…. Aku benar-benar lelah… ijinkan aku pergi dari ruang abu-abu ini…"
Pria : “Gadis dengarkan… dengarkan aku dulu Gadis… Lihat… Kau ada di sini, di ruang hati ini… tapi maaf, saat ini aku hanya bisa menempatkan kau di ruang abu-abu ini…”
Pria : “Gadis… tak bisakah kau lihat aku saat ini… lihatlah aku disini Gadis…,
Sungguh aku telah hilang dalam langit malam ini… semua terlihat abu-abu dalam pandangan ini… aku tak tahu dimana harus kupijakan kaki ini… dimana harus kutempatkan hati ini… yang kutahu hanya masa lalu itu… masa lalu itu masih ada di sini… dan aku tidak dapat memisahkan kau dari masa lalu itu dengan masa lalu lainnya… aku ingin kau menungguku disini… Gadisku… aku tahu kau lelah, begitu juga denganku… maafkan aku Gadis… aku sungguh tak tahu apakah aku mampu membawamu jadi bagian dari mimpiku akan masa depan… tunggulah aku disini Gadis….”
Gadis : “Hhhhh… sungguh… sungguh sangat egois sekali kamu, Pria… lagi-lagi kau minta aku menuggu untuk suatu kepastian yang kau sendiri tidak dapat pastikan…. lihat dirimu, Pria… LIHAT…!!! Dan tanyakan kedalam ruang hatimu yang terdalam… adakah aku yang selalu kau lihat pertama kali…"
Gadis : “Pasti bukan aku, bukan… kau sudah mengetahui hal itu, tapi mengapa kau masih mau menahanku disini…Pria… aku lelah menunggumu… aku lelah dengan ruang abu-abu ini… aku bosan berada diantara masa lalu dan masa depanmu…"
Pria : “Maaf Gadis… maafkan aku… maafkan aku… kumohon tunggulah aku… tinggallah bersama aku saat ini… bantu aku Gadis… kumohon padamu Gadis…"
Gadis : “Tidak Pria… tidak saat ini… maaf… maaf… tapi tidak kali ini… aku harus meninggalkanmu… maaf Pria, aku pergi…”
L.W.
Corporate In-House Copywriting Training
8 years ago