Tuesday, June 23, 2009

Separuh Jiwa

Disini ada luka yang terluka
Luka teramat dalam dan masih membekas.

Disini ada diam yang terdiam

Diam dalam separuh jiwa yang hilang


Disana dia berada, disisimu

Separuh jiwa masih berada di dekatmu

Taukah kau separuh jiwa itu disisimu?

Separuh jiwa yang masih setia menanti

Menanti untuk kau tersenyum kembali


Disini separuh jiwa menanti

Menantinya untuk kembali

Utuh dan sepenuhnya untuk lepaskanmu


Dalam diam dan sunyi kuhadirkan jiwa ini

Dalam tawa semu kukuatkan diri ini


Bukan karena tak berani melangkah

Atau bukan karena tak mau menjauh

Tapi lihatlah…

Inilah separuh jiwaku…

Kuhadirkan untukmu

Hadir dan memastikan kau kan kembali bersinar


Tak ada kata ataupun harapan berlebih

Separuh jiwa ini tulus disisimu

Ingin melihat terang dan senyum di wajahmu


Dan jika saat itu tiba…

Separuh jiwa kan kembali satu dalam jiwaku

Menemani ku dalam perjalanan selanjutnya…


Ya… inilah separuh jiwaku menanti senyummu…


Jogjaku

Jogjaku...
Dua kali ku berlari dari cinta
Dua kali kembali ku mencinta

Dalam tenangmu kutenggelamkan diri
Dalam damaimu kurasakan sendiri

Kudengar sunyi dan gemamu
Ada tawa di lukisan jiwamu
Goreskan warna dalam cerita

Jogjaku… tempatku berlari
Tempatku bersembunyi dalam sepi
Kau selalu menarikku kembali
Dari tepi masa lalu kau buang diri ini
Dari mimpi kau inginkan ku pergi

Jogjaku…
Dimanakah hatimu menyembunyikan cintamu
Diantara ruang dan liku jalanmu
Ku temukan dirimu dan dirinya
Dirinya yang milikmu
Namun hati ini mengingininya

Jogjaku…
Maukah kau berbagi cintamu untukku
Seorang anak dalam pencarian
Memohon akan cintamu

Jogjaku...
Adakah nanti pertemuan ketiga ku dan dirimu
Adakah kelak tempat untukku disana
Bersamamu... bersama Jogjaku...



Abu-abu

Terjebak dalam ruang dan waktu yang mengikat
Tak jua juga ingin lepaskan diri

Karena rasa begitu memikat


Berlari menjadi sulit

Langkahpun hal yang mustahil

Begitu pekat malam menemani

Begitu lekat bayangan menghantui


Sesak sudah nafas ini

Tersengau dalam hidup

Dan memaksa untuk mati


Kini hanya tinggal abu-abu

Tak adalagi hitam atau putih


Cahaya bercampur gelap

Sunyi berbaur ramai

Kemutlakan tak terjawab

Menjadi tanya haus jawaban


Haruskah merintih

Haruskah mengiba

Haruskah mati dahulu

Agar tak ada lagi jiwa yg penasaran

Hingga akhinya kesemuaan bersahabat nyata


Rindu

Orang bilang kau hayalan
Orang-orang bilang kau takkan jadi nyata


Mereka boleh bilang aku pengecut

Mereka bisa bilang aku pecundang

Mereka selalu bilang aku pemimpi


Tapi hari ini ingin ku-kan bilang pada mereka semua

Dan padamu juga…


“Aku rindu dirimu…

Jiwa ini terus memanggil namamu”


Meski terlambat sudah kukatakan ini padamu

Karena kini kutahu kau bukan untukku